Rabu, 19 Januari 2011

<-> <->


Retorika “seni berbicara’
      Oleh : M. Sabbardi

Bismillahirrahmanirohim…
A.   Pangantar
Diantara karunia Tuhan yang paling besar bagi manusia ialah kemampuan berbicara atau berkomonikasi lisan. Kamampuan untuk mengungkapkan isi hatinya dengan bunyi yang dikeluarkan dari mulutnya. Serta dengan kemampuan inilah manusia dapat bercerita tentang suka-duka kehidupan, bercanda, usul, mengkritik, mengungkapkan rasa cinta, dll. Berbicara telah membedakan manusia dari makhluknya lainya. Kambing dapat mengembik, burung berkicau, macan dapat mengaung ini yang ia lakukan sebagai kemampuan alat komunikasi. Dengan berbicara, manusia mengungkapkan dirinya, mengatur lingkungannya, dan pada akhirnya menciptakan bangunan budaya insani. Meskipun demikian, banyak orang yang belum menyadari kelibihan ini, dan justru memegang kuat ungkapan “diam itu emas” dan lebih suka SMS dari pada berbicara, mungkin karena takut salah atau tidak PeDe, malu, janggung, dll.
Lama seebelum lambang-lambang tulisan digunakan, orang sudah menggunakan bicara sebagai alat komunikasi. Bahkan setelah tulisan ditemukan sekalipun, bicara tetap lebih banyak digunakan. Ada beberapa kelebihan bicara yang tidak dapat digantikan dengan tulisan. Bicara lebih akrab, lebih pribadi (personal), lebih manusiawi. Tidak mengherankan, bila “ilmu berbicara” telah dan sedang manjadi perhatian manusia.
Seaorang kopral kecil, veteran perang Dunia II berhasil naik manjadi kaisar Jerman. Dalam bukunya, Mein kampf, dengan tegas Hitler mengatakan bahwa keberhasilan disebabkan oleh kemampuan berbicara. Lebih lanjut Hitler berkata “Jede grosse Bewegung aur dieser Erde verdankt ihr wachsen den grossere rednern und nicht den grossen Schreibern (Setiap gerakan besar di dunia ini dikembangkan olah ahli-ahli pidato dan bukan oleh jago-jago tulisan).
      Banyak para tokoh orator pemimpin Negara, alim ulama, pengacara (advokat), karyawan marketing, sampai dengan karyawan salesmen yang menjajakan produknya yang ditawarkan, mereka mengunakan kemampuan bicara untuk mempengaruhi, mengajak, membujuk serta memprovokasi semata-mata guna menyampaiakan maksud tujuan atau keinginan dari pada pembicara. Barac Obama (Presiden Amerika) salah satu orang yang menggunakan kemampuan bicara, dia mampu menjadi pemimpin Amerika karena salah satu kelebihanya dalam berbicara yaitu mampu menyakinkan para rakyat Amerika bahwa dia yang terbaik sehingga ia terpilih menjadi Presiden Amerika. Dan masih banyak lagi tokoh-tokoh ahli orator lain seperti Ir. Soekarno, Suharto, Gus Dur, Megawait, dan Susilo Bambang Yudhoyono (Presisen Indonesia).
      Makanya bukan sebuah rahasia lagi, untuk dapat berbicara dengan baik dan benar agar lebih bermakana, maka diperlukan sebuah ilmu dan keterampilannya yang perlu dikuasai. Ilmu tersebut yaitu ilmu Retorika “seni berbicara” adalah alat untuk memperindah kata dalam berbicara. Dengan ilmu tersebut, tidak hanya kata-kata dalam berbicara yang didengarkan tetapi juga bagaimana caranya bicara mampu untuk dirasa.

B.   Berbicara di forum umum (anda menjadi pembicara), maka :
1.      Siapkan bahan bicara dengan baik dan cermat, sesuaikan dengan kegiatan, tema dan keadaan pendengar.
2.      bila perlu, tulislah pokok-pokok isi yang akan disampaiakan
3.      Berpakaian rapid an sopan.
4.      Awalilah bicara dengan salam dan bermuka manis/ceria. Tebarkan senyum secara wajar.
5.      kurangi gerakan tubuh yang berlebihan. Hadapi demam panggung dengan sikap positif.
6.      Kuasai audiens dengan sikap perhatian. Berikan apresiasi secara baik dan tepat kepada audies.
7.      tidak bersifat mencemooh, menghina atau menyinggung perasaan audien.
8.      Tidak mudah menunjukan rasa sentiment, jengkel, dan subjektif pribadi.
9.      Sampaikan dengan tenang, menguasai diri, sopan, dan memegang tata karma berbicara.
10.  Bila isi pembicaranya bersifat argument, maka sampaikan secara masuk akal dengan menyertai fakta-fakta yang kongkret.
11.  hindari menyampaikan permohonan maaf di awal bicra (sikap apologis) karena dapat menimbulkan apriori.
12.  akhiri pembicra dengan minta maaf dan mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak terkait.

C.   Pidato
      Kemampuan berbicara seseorang identik dengan kemampuan seseorang dalam berpidato di depan umum. Bagaimana pembicara (retorisa) mampu menyampaiakan informasi, pesan dan menyakinkan kepada audies. Apa beberapa jenis pidato dan pidato menutut tujuan dan cara penyampaiannya :
      Jenis pidato :
1.      Pidato Impromtu (serta merta), pidato dengan cara penyampaina tanpa ada persiapan dari orator.
2.      Pidato Manuskrip, pidato dengan cara penyampaian dengan membaca naskah.
3.      Pidato Memoritter, pidato dengan cara menghafal naskah yang telah disiapkan.
4.      Pidato Estempare, pidato dengan cara penyampaian dengan membawa catatan-catatan pokok yang penting.
      Tujuan pidato :
1.      Pidato Informatif, seperti ditunjukan namanya, bertujuan untuk menyampaikan informasi. Khalayak diharapkana mengetahui, mengerti dan menerima informasi. Seperti dijelaskan pidato Informatif mempunyai jenis : (1)Oral respon (laporan lisan):pidato laporan ilmiah, laporan panitia, laporan tahunan, laporan proyek dan sebagainya.(2) Informative Lectures (kuliah):ceramah, umum, presentasi di depan peserta konfrensi, penyajian makalah, pengajian. (3) Oral instruction(pengajaran): guru yang menjelaskan pelajaran, pemimpin yang membagi tugas kepada bawahan, dll.
2.      Pidato Persuasif adlaha pidato yang penyampaiannya bertujuan mengajak, membujuk dan mempengaruhi audien sesuai dengan kehendak pembicara(retoris).
3.      Pidato rekreatif adalah pidato yang mertujuan mengibur audies, guna menyegarkan dan mengembalikan semangat audiensi. Pidato rekreatif kecenderunagan berbau humor sehingga pendengar tertawa dan gembira.

Dalam berpidato seseorang retoris harus memperhatikan bagaimana cara memilih topic yang baik ?
1.      sesuai dengan latar belakang keahlian orator.
2.     
Tema : pendidikan
Topic : Pendidikan agama
Judul : Budi pekerti
 
menarik minat orator.
3.      menarik minat pendengar.                                                                 
4.      sesuai dengan latar belakang audiens.                                             
5.      batasi ruang lingkupnya.
6.      sesuai dengan waktu dan situasi
7.      ada bahan penunjang lainnya.
8.      judul yang dipilih harus relevan, profokatif dan singkat.

Membangun kepercacaan diri dalam berbicara :
  1. Yakin pada diri sendiri
* Ciri orang yang tidak percaya diri
- panas dingin
- berkeringat
- jantung berdetak kencang
- kaki tangan bergetar
- hilang ingatan
- bicara cepat agar cepat selesai
- pandangan tidak fokous

* Factor penyebab orang tidak percaya diri
-    tidak tahu apa yang dilakukan
-    karena akan dinilai
-    tidak siap dan lingkungan asing

  1. Mambangun Kreabilitas diri
Harga diri, martabat, wibawa dan keteladanan.
Untuk membangun kreabilitas diri
- Otoritas : mempunyai keahlian
- Good sendse : bersifat objektif
- Good karakrer : orator punya akhlak yang baik
- Good will : materi pembicara kepentingan pendengar.
- Dinamis ; semangat.

Cara menilai krebilitas diri sesorang
- catatan reputasi anda
- perkenalkan diri anda
- ucapan anda
- cara anda berkomunukasi
- pernyataan-pernyataan anda

3.    Prisip-prinsip anda berpidato
- kontak
- olah vokal :  jelas (artikulasi & volume), keberagaman
- ritma : stes , tempo.
- olah visual : ekspresi wajak, gerak tubuh.

D.   Prinsip membangun potensi retoris yang baik
1.  Persiapkan diri sebaik mungkin sebelum bicara
     ( pikirkan apa yang akan sisampaikan)
2.  Pelajari dengan siapa kita sedang berbicara
     ( status sosialnya, ekonomi, umur, pendidikan, ideologi, dll )
3.  Jika berbicara satu lawan satu, maka cermati prinsip berikut :
a. jabat tangan dengan mantap & tatap mata dengan wajar.
b. tanyakan kabar terlebih dahulu sebelum masuk pembicaraan. inti
c. gunakan bahasa tubuh yang tepat, hindari bahasa tubuh kontraproduktif.
d. sesuaikan volume suara dengan situasi dan kondisi
e. perbanyak senyuman dan bersikap antusias.
f. jika akan berpisah, ungkapkan bahwa pertemuan tersebut sangat mengesankan dan akan disambung lain waktu.

E. Penutup
Berbicara dengan memenfaatkan strategi akan menghasilkan buah bicara yang bernilai. Cemooh, kritikan dan makian akan sering dialami oleh orang yang asal bicara tanpa ilmu dan strategi. Perlu dipahami bahwa bicara tidak hanya didengar, namun juga dirasa. Maka bicara yang baik adalah bicara yang mampu mementingakan ”seni bicara “ dalam penyampaikannya.
Belajar, mulai dan bernilah. Maka kita Bisa. Semoga sekses. Amin....