Selasa, 01 Februari 2011


BANGGA BERBAHASA INDONESIA DENGAN BENAR
SEBAGAI UPAYA PEMBENTUKAN KARAKTER BANGSA

Oleh : M. Sabbardi
***

Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Seiring perkembangan zaman dan kemajuan teknologi bahasa Indonesia mulai menunjukan eksistensinya dalam bahasa internasional, yakni pada perkembangan globaliasasi sebagai bahasa komunikasi dunia. Sebagai bagian dari masyarakat yang hidup di tengah perkampungan dunia, bangsa kita mustahil akan sanggup menutup diri dari pengaruh asing, termasuk dalam ranah kebahasaan. Bahasa, sepanjang masih dijadikan sebagai media komunikasi, dengan sendirinya akan terus mengalami proses adaptasi budaya.
Proses akulturasi bahasa dan budaya merupakan proses yang wajar terjadi dalam dinamika komunikasi global. Proses saling memengaruhi dan dipengaruhi akan terus terjadi dalam pergaulan antarbangsa secara simultan dan terus-menerus. Kearifan zaman-lah yang akan menjadi filter utama dalam menilai apakah proses akulturasi budaya itu sesuai dengan ranah kepribadian karekter bangsa atau tidak.
Seiring dengan peran Indonesia di tengah kancah perubahan global, bahasa Indonesia idealnya makin terbuka, lentur, dan adaptif terhadap istilah-istilah asing. Kalau memang ada padanan yang tepat untuk menggantikan istilah-istilah asing tersebut ada baiknya segera dimasyarakatkan penggunaannya sehingga tidak sampai terjadi padanan kata tersebut justru terkesan lebih asing daripada istilah asing itu sendiri.
Beberapa contoh kita temukan penggunaan bahasa asing yang dikemukakan oleh para pejabat pemerintah, elit politik, intelektual akademis, bahkan artis. Penggunaan perpaduan BI dengan bahasa asing dikemukan sebagai sebuah pencitraan diri untuk lebih dipandang lebih tinggi kredebilitasnya, dan mungkin saja dipandang lebih bermartabat. Padahal hal tersebut secara kaidah penggunaan bahasa Indonesia tidak dibernakan, dikarenakan hal ini menimbulkan sebuah interfrensi bahasa, maksudnya penyimpangan  dari  norma-norma  bahasa dalam bahasa  yang  digunakan  sebagai  akibat  pengenalan  terhadap  bahasa  lain. Maka untuk  itu kita sebagai generasi bangsa Indonesia seharusnya mau berbangga diri terhadap bahasanya sendiri, yaitu bahasa Indonesia. Yaitu dengan berbahasa yang baik dan benar sesuai kaidah bahasa.

Akultrasi Bahasa Asing terhadap Bahasa Indonesia
Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri.
Perpaduan masuknya bahasa asing kini telah merambat dan menjadikan sebuah hal kebiasaan oleh masyarakat bangsa kita. Sebuah contoh sering kita jumpai penggunaan bahasa asing yang digunakan oleh para seorang pejabat pemerintah, elit politik, intelektual akademis, bahkan artis. Mereka menggunakan perpaduan bahasa Indonesia dengan bahasa asing. Ambil contoh saja Presiden SBY saat berpidato kenegaraan, seringkali menggunkan perpaduan bahasa Indonesia dengan bahasa asing, misalnya kata asing option, stetmen, dll. Kemudian para artis selebritis Indonesia yang tak mau kalah lagi, misalnya seperti artis Cinta Laura dan Manohara, mereka menggunakan bahasa asing untuk memadukan bahasa Indonesia. yakni dengan kemapuan mereka dalam kedwibahasan (bilingual).
Penggunaan bahasa asing ini berdampak pada gejala interfrensi bahasa maksudnya penyimpangan  dari  norma-norma  bahasa dalam bahasa  yang  digunakan  sebagai  akibat  pengenalan  terhadap  bahasa  lain. Pada  satu  sisi  interferensi  dipandang  sebagai  “pengacauan karena merusak  sistem  suatu  bahasa,  tetapi  pada  sisi  lain  interferensi dipandang sebagai suatu             mekanisme yang paling penting dan dominan untuk mengembangkan suatu bahasa  yang  masih  perlu pengembangan.  Dengan interferensi, kosa kata bahasa resipien diperkaya oleh kosa kata bahasa donor, yang  pada  mulanya  dianggap  sebagai  unsur  pinjaman  tetapi  kemudian  tidak lag karen kos kat it tela berintegras menjad bagia dar bahasa resipien.  Integras merupakan unsur-unsu bahas lai yang digunakan dalam  bahasa  tertentu  dan  dianggap  sudah  menjadi  warga  bahasa tersebut, tidak sebagai unsur pinjaman atau pungutan.

Pengaruh Bahasa Asing Terhadap Hambatan Bahasa Indonesia
Bahasa Inggris, merupakan bahasa asing di negara Indonesia, mempunyai peranan besar bagi Indonesia itu sendiri. Pengaruh yang diberi pun beraneka ragam. Ada yang memberikan pengaruh positif dan tidak jarang juga ada yang meberikan pengaruh negatif.
Dengan keberadaan bahasa Inggris ( bahasa asing ) sebagai bahasa internasional, pendidikan indonesia mulai dari taman bermain sampai dengan universitas memiliki kurikulum dan pelajaran tentang bahasa Inggris. Ini dilakukan agar sumber daya manusia Indonesia dapat ikut andil dalam globalisasi dunia. Disamping pengaruh positif, bahasa asing berdampak negatif terhadap perkembangan anak. Cara pemakaian bahasa belakang ini yang sedang populer di semua kalangan adalah penggunaan bahasa campur aduk. Bahasa Indonesia dikombinasikan dengan bahasa asing. Banyak anak – anak sekarang yang merasa lebih percaya diri dan gaul jika menggunakan bahasa campur aduk tersebut. Ini jelas mengurangi kekaedahan dan keabsahan akan bahasa Indonesia yang menjadi bahasa persatuan itu sendiri.
Dampak negative masuknya bahasa asing antara lain:
1.    Generasi anak bangsa mulai mengentengkan/menggampangkan untuk belajar bahasa Indonesia.
2.    Rakyat Indonesia semakin lama kelamaan akan lupa kalau bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan.
3.    Anak-anak mulai menganggap rendah bacaan Indonesia.
4.    Lama kelamaan rakyat Indonesia akan sulit mengutarakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
5.    Mampu melunturkan semangat nasionalisme dan sikap bangga pada bahasa dan budaya sendiri.

Bahasa sebagai Upaya Pembentukan Karekter bangsa
Karakter sebuah bangsa merupakan merupakan jatidiri, nilai dan norma kehidupan yang menjadi landasan berpikir dan bertindak suatu bangsa. Karakter suatu bangsa juga menjadi cerminan dari karakter individunya. Indonesia di kenal dunia sebagai bangsa yang berkarakter santun, ramah dan penyabar. Hal itu terlihat jelas dalam prilaku dan tindakan serta bahasa keseharian rakyat Indonesia.
Karakter bangsa Indonesia seperti di sebutkan Susilo Bambang Yodhoyono pada sambutan seusai dilantik dilantik sebagai Presiden RI ke-7 pada 20 Oktober 2009, Pak SBY antara lain menyatakan : kita harus menjaga jati diri kita, ke-Indonesiaan kita. Hal yang membedakan bangsa kita dengan bangsa lain di dunia adalah budaya kita, way of life kita dan ke-Indonesiaan kita. Ada identitas dan kepribadian yang membuat bangsa Indonesia khas, unggul, dan tidak mudah goyah. Keindonesiaan kita tercermin dalam sikap pluralisme atau ke-Bhineka-an, kekeluargaan, kesantunan, toleransi, sikap moderat dan keterbukaan, serta rasa kemanusiaan.
Bahasa dari masa ke masa terus berkembang sesuai dengan dinamika dan nilai-nilai yang di anut oleh masyarakat. Bahasa akan menumbuhkan sikap peduli terhadap orang lain, sikap saling menghargai dan menumbuhkan nilai-nilai dan perilaku positif. Karena itu bahasa sangat berperan dalam membentuk karakter individu yang pada akhirnya akan mencerminkan karakter bangsa.
Bahasa menunjukkan bangsa. Lewat peribahasa ini, para leluhur kita menyatakan bahwa keadaban sebuah bangsa ditentukan oleh bahasa. Lewat bahasa, orang dapat mengetahui tingkat peradaban seseorang. Lewat bahasa, orang dapat mengetahui tingkat peradaban sebuah bangsa. Bangsa yang tidak memiliki bahasa dianggap tidak memiliki peradaban. Bangsa yang tidak memiliki bahasa sendiri tak akan mampu melestarikan nilai- nilai luhur warisan leluhurnya yang bermanfaat untuk menghadapi persaingan global yang semakin keras pada masa mendatang.
Atas dasar pemikiran inilah anak-anak muda pada 28 Oktober 1928 berkumpul di Jakarta untuk mengucapkan Soempah Pemoeda. “… Kami putra-putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.” Bahasa Indonesia dipilih menjadi bahasa persatuan, bukan bahasa Inggris yang sudah menjadi bahasa internasional, bukan pula bahasa Jawa yang dipakai sebagian besar penduduk Indonesia.
Kini bahasa Indonesia sudah menjadi bahasa nomor tujuh terbesar di dunia, setelah bahasa Mandarin, Inggris, Hindi, Spanyol, Arab, dan Rusia. Jika Malaysia, Singapura, Brunei, Thailand, dan Timor Timur juga dihitung, pemakai bahasa Indonesia cukup besar. Dengan jumlah pemakai bahasa yang cukup besar ini, bangsa Indonesia tak perlu minder menggunakan bahasa Indonesia. Dan untuk yang terakhir kalinya, mari kita teriakkan bersama dengan rasa bangga dan semangat Nasionalisme bahwa “AKU CINTA BAHASA INDONESIA”.
Terima kasih

Daftar Pustaka :
Chaer,   Abdul.   2007.   Kajian          Bahasa Struktu Internal Pemakaia dan Pemelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
http://pkp.sfu.ca/harvester2/demo/index.php/record/view/546332. Abdurrahman. 2008. Interferensi dan Integrasi. Hal 1-2.
http://www.blogger.com/feeds/2991661017634027304/posts/default. Fathur Rokhman. 2008. Kedwibahasaan dan Diglosia. Hal 1-5.
Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik, Jakarta: PT. Gramedia, cet. V.
Suryanto, Gatot. 2005.  Interferensi  Bahasa  Inggris  ke  dalam  Bahasa  Indonesia pada Novel Odah Karya Muhammad Diponegoro. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar